TRAGEDI PEMBANTAIAN MASSA PULOT-COT JEUMPA
SEBUAH PERISTIWA PEMBANTAIAN RAKYAT ACEH OLEH TNI REPUBLIK INDONESIA DAN PEMAKSAAN PENERAPAN PANCASILA DI ACEH DULU DAN SEKARANG BAGIAN PERTAMA (I)
SEBUAH PERISTIWA PEMBANTAIAN RAKYAT ACEH OLEH TNI REPUBLIK INDONESIA DAN PEMAKSAAN PENERAPAN PANCASILA DI ACEH DULU DAN SEKARANG BAGIAN PERTAMA (I)
Soekarno yang dikenal masyarakat, sebagai penggagas Pancasila, dan
kemudian menjadi Presiden pertama Republik Indonesia. Dan juga Soeharto yang
menjadi arsitek Orde Baru, adalah orang-orang yang mengganggap dirinya sebagai
pengawal setia Pancasila. Dari kedua mantan presiden RI ini, kita ingin memperoleh
potret yang jelas tentang hakekat Pancasila dalam penerapan-nya di tanah air. Di
sini kita akan mencoba menyoroti kedua tokoh tersebut dalam membuat kebijakan
mereka yang didasarkan pada Pancasila, terhadap umat Islam di Aceh khususnya,
dan kaum muslimin di seluruh Indonesia pada umumnya.
Untuk menyoroti hal tersebut, di bawah ini, kami kutipkan tulisan
Al-Chaedar dalam bukunya: Aceh Bersimbah Darah, khususnya
mengenai bagaimana penerapan Pancasila serta akibat-akibat yang ditimbulkannya,
baik di masa orla, orba maupun sekarang ini.
Pancasila di Masa Orla¹ Pada
masa Orde Lama muncul di Aceh apa yang terkenal dengan peristiwa Pulot-Cot
Jeumpa bulan Maret 1954, sehingga peristiwa ini pun disebut peristiwa Mar. Bulan
Maret bagi orang Aceh, tidaklah sesuci megah dan agungnya peringatan peristiwa
11 Maret 1966 dalam kerangka pikir Orde Baru, karena kekejaman tentara Republik
di bulan itu telah demikian traumatis bagi rakyat Aceh. Dalam peristiwa
Pulot-Cot Jeumpa ini, berkaitan dengan Darul Islam (1953-1964) di Aceh, tentara
Nasional Indonesia dengan brutal membantai anak-anak bayi, wanita dan
orang-orang tua yang sudah uzur. Angkatan perang Republik ini memang terlihat
begitu kuat dan perkasanya di hadapan “musuh-musuh” hamba la’eh (kaum lemah) di
Aceh ini. Di headline Surat kabar “Peristiwa” yang terbit di Koetaradja (Kini
Banda Aceh) memuat berita tragis tentang pembantaian manusia secara keji dan
tak berperikemanusiaan: “99 orang penduduk di daerah Pulot Cot Jeumpa (Aceh
Besar) yang tidak berdosa dibantai oleh alat negara² Berita yang dikutip oleh beberapa harian di
Jakarta, serta menimbulkan beberapa atmosfir kesedihan masyarakat Aceh di Jakarta,
serta menimbulkan beberapa pertanyaan. Apakah benar, alat negara membantai
rakyatnya sendiri, lebih-lebih rakyat yang tidak berdosa? Apakah mungkin ada
kekejaman yang demikian biadab terjadi di Tanah air ini?. Dalam setiap
peperangan apa saja bisa terjadi. Tidak mustahil ayah membunuh anaknya,
demikian juga sebaliknya.